Info worlcup 2022 Berita Terkini situs 100% cepmek|sbobet|on88id

Slide

Landscape

Mengapa mahasiswa harus kejar-kejar SBY dan bukan Jokowi?


Garuda kita  - Aksi demonstrasi ratusan mahasiswa dengan jas almamater ke kediaman Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Kuningan, Jakarta, mengundang banyak pertanyaan.
Banyak pihak menilai, tidak hanya kubu Partai Demokrat, demo pada Senin (06/02/2017) tersebut salah kaprah dan dicurigai diarahkan oleh kepentingan tertentu. Maka wajar jika SBY harus curhat di Twitternya."Saudara-saudaraku yg mencintai hukum & keadilan, saat ini rumah saya di Kuningan “digrudug" ratusan orang. Mereka berteriak-teriak,” cuitnya.

Demo yang menggeruduk rumah SBY tersebut ternyata tidak berizin. Mereka adalah 300an mahasiswa dari berbagai kampus yang mengatasnamakan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia. Mereka membentangkan beberapa spanduk bertuliskan "Terapkan Nilai-Nilai Pancasila kepada Pendidikan, Menolak dan Lawan Isu SARA upaya adu domba rakyat".

Para mahasiswa juga membagi-bagikan selebaran bertuliskan empat tuntutan: usut tuntas semua kasus korupsi tanpa pandang bulu, menolak & lawan isu SARA dan seluruh upaya adu domba rakyat, menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum pendidikan, dan terakhir tolak dan lawan oganisasi radikal yang anti-Pancasila.


Kecurigaan bahwa demo ini salah alamat muncul karena seharusnya yang dituntut adalah pemerintah, bukan seorang mantan, yang seolah-olah mereka menilai kondisi yang terjadi saat ini semata-mata kesalahan SBY.

Selanjutnya, massa mahasiswa tersebut adalah mereka yang selesai mengikuti kegiatan Jambore di Cibubur, Jakarta Timur. Mereka rawan mengalami pengkondisian untuk dan oleh kepentingan tertentu. Materi yang disampaikan pun, menurut sejumlah sumber, menyangkutpautkan antara aksi bela Islam dan politik, yang di dalamnya SBY dicurigai terlibat. Bahkan, dikabarkan politisi PDIP Adian Napitupulu turut hadir sebagai salah satu pembicara. Adian pun diduga menyuplai konsumsi demo.

Curhatan SBY di Twitter disoraki dan menjadi olok-olok pendukung Jokowi dan Ahok di media sosial. Namun, dari sisi keamanan sebagai mantan presiden, curhat colongan SBY di media sosial tentu wajar. Sekretaris fraksi Partai Demokrat, Didik Mukrianto menilai demosntrasi tanpa izin ke rumah pribadi pantas disebut sebagai tindakan ancaman dan kriminal. Pengamanan terhadap mantan presiden dan keluarganya memang menjadi kewajiban negara sebagaimana diamanahkan dalam PP 59 Th 2013.

Pemerintah santai tanggapi demo
Kapolres Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan membenarkan kejadian tersebut dan menyebut aksi itu tanpa izin, maka pihaknya membubarkannya. “Massa dari acara Jambore kan ada acara dari tanggal 4-6, diikuti tiga ribu mahasiswa. Isinya (tuntutan aksi) melawan isu SARA, melawan ketidakadilanlah, tujuannya ke mana nggak jelas juga,” jelas Iwan.

Akan tetapi, Kasubag Humas Polres Jakarta Selatan Kompol Purwanta aksi demonstrasi di kawasan Mega Kuningan bukan di depan rumah SBY. "Kebetulan rumah Pak SBY kan di situ," ujarnya saat dikonfirmasi Rimanews. Ucapan Purwanta ini tentu paradoks. Jika di tempat itu tidak ada rumah SBY, buat apa mahasiswa teriak-teriak di situ?

Sementara itu, Menkopolhukam Wiranto malah menyarankan agar SBY melapor ke polisi atas demo tersebut. "Lapor polisi saja. Polisi yang tangani," katanya. Ucapan senior SBY di militer ini tentu kurang pantas, seharusnya dialah yang memastikan keamanan seorang mantan presiden, secara proaktif.


Wiranto bahkan lebih sinis dengan menyebut sudah menjadi gaya SBY suka terbawa perasaan dan mengungkapkannya di media sosial. "Ya biasa bolak-balik mencuit (men-tweet) kan," kata dia.
Kebiasaan baper di medsos dengan mencuit dan faktor keamanan seharusnya tetap dibedakan. Bagaimana pun, SBY adalah mantan orang nomor satu yang keamanannya menjadi tanggung jawab negara.

Di luar cueknya pemerintah, apabila ternyata mahasiswa bisa digerakkan oleh kepentingan politik tertentu, hal ini tentu sangat miris. Seharusnya mereka mampu menjadi kelas menengah intelektual yang mandiri dan orisinal dalam berpikir dan bertindak. Bahkan, jika harus berantitesis seharusnya yang dilawan adalah penguasa, yang dalam hal ini adalah Presiden Jokowi.

Jika bisa dikendalikan dengan hanya diberikan tiket dan uang saku ikut acara di luar kota plus ponsel baru untuk korlip, hal ini tentu sebuah degradasi intelektual. Apalagi jika hanya mau diangkut ke lokasi demo menggunakan Metromini dan diberikan amunisi dengan nasi bungkus. Kita berharap kecurigaan ini salah, karena di pundak mereka bangsa ini akan dipikul. Jika masih mahasiswa sudah berani lacur, bagaimana nanti jika mereka memegang amanah mengelola negeri ini?

Sumber berita : GarudaKita.com


Telah Hadir Situs Judi Online Terpercaya dengan banyak Permainan Antara lain :
Game : Sportbooks, Baccarat, Kasino, Sabung Ayam, IDN Play Poker, Bandar Q, BlackJack, SLOTS. Roullite dan Lain Lain
Hot Promo    : Bonus New Member Rp.777.000  ( langsung ditambah kan )
Pendaftaran  : www.777win.com
www.777win.com



http://www.777win.com/#/
http://www.777win.com/#/
Labels:

Posting Komentar

[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget