Info worlcup 2022 Berita Terkini situs 100% cepmek|sbobet|on88id

Slide

Landscape

Ahok Tak Masuk Jaring, Risma Terus Diincar



JAKARTA (Agen judi online) - Nama Walikota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) terus menjadi sorotan, sejak dirinya dipanggil Megawati, Kamis kemarin. Namun, nama Risma tak tercantum dalam daftar 6 nama yang telah ‘terjaring’ PDIP. Demikian pula, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, tak masuk dalam jaring tersebut.

Risma secara pribadi memang tak ingin maju Pilgub DKI. Namun sebagai petugas partai, Risma selama ini ikut arahan PDIP untuk melanjutkan kepemimpinannya di Surabaya.

"Wong aku juga petugas partai, jadi walikota. Saya yang jalankan semua. Aku ndak pernah daftar. Aku ndak mau daftar. Aku jadi walikota Surabaya, loh ndak daftar. Karena itu, ada prinsip yang tak pegang betul, itu berat kalau semua teman tahu, itu berat. Ini menyangkut nasib orang. 

Aku salah bikin kebijakan, orang bisa menderita. Aku bener, semua orang bisa seneng. Tapi aku kebijakan satu, kemudian ada orang yang nanti menangis atau menderita. Itu berat, jadi pemimpin itu nggak mudah," kata Risma saat ditanya soal kesiapannya memimpin Jakarta, di sela-sela pemaparan soal e-planning di kantor Kemendagri, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (21/7) kemarin.

Menanggapi pernyataan Risma tersebut, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, kepada wartawan, Jumat (22/7), mengatakan, bahwa apa yang disampaikan Risma sudah tepat.

"Bu Risma kan menyebutkan dirinya petugas partai, itu sudah tepat. Nanti tidak hanya Bu Risma, bisa Pak Hasto Wardoyo (Bupati Kulon Progo), Mas Djarot (Wagub DKI), atau Mas Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), sebagai petugas partai ketika partai menugaskan tentunya ikut," kata Hasto Kristiyanto.

PDIP memang akan menjemput bola kepada daerah yang berhasil dalam rangka pencarian cagub DKI terbaik. Meskipun proses penjaringan cagub yang berawal dari DPD PDIP DKI Jakarta juga terus berlanjut dan sudah ada lima nama diserahkan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Kami menghormati prinsip kedaulatan rakyat dan kami akan menjemput bola dengan menjaring kepala daerah yang berhasil selain proses penjaringan di bawah DPP," kata Hasto.

Ahok Tak Masuk
Nama Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) tak termasuk dalam 5 nama yang disetor PDIP ke Megawati Soekarnoputri sebagai calon gubernur di Pilkada 2017. Ahok memaklumi hal tersebut karena dirinya memang tak mendaftar dalam penjaringan cagub yang dilakukan PDIP.
"Kan memang saya enggak daftar. Cuma PDIP punya aturan itu dimasukkan ke DPP. Nanti DPP juga keluarin calon. Kayak gitu biasanya," kata Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (22/7).

Ditanya mengenai hasil survei yang menyatakan banyak warga Jakarta yang puas dengan kinerjanya, Ahok enggan berkomentar.
"Enggak tau aku. Survei bisa berdebat lah. Survei kita bisa berdebat error berapa persen. Ah sudahlah," ujar Ahok.

"Enggak tahu aku. Kerja saja udah," jawab Ahok saat ditanya mengenai pemilih Gerindra yang menurut survei masih condong untuk memilih Ahok.
Terbaru adalah survei dari yang digelar Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan banyak warga Jakarta terpuaskan oleh kinerja Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat. Tren kepuasan juga naik.

Survei ini dilakukan pada kisaran 24-29 Juni 2016 untuk mengetahui penilaian publik terhadap para cagub DKI. Jumlah sampel acak survei ini sebanyak 820 orang, dipilih dengan metode multistage random sampling, dengan margin of error diperkirakan sebesar 3,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden terpilih diwawancara lewat tatap muka oleh pewawancara.

Keyakinan Ahok
Di kesempatan terpisah, Ahok yakin bakal didukung PDIP jika maju lewat jalur parpol.  "Kan dari dulu Bu Megawati memang mau usung saya, sudah oke," kata Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (22/7).

Menurut Ahok, yang jadi masalah kala itu adalah soal waktu. Ahok saat itu ingin memberi kesempatan dulu kepada Teman Ahok untuk mengumpulkan 1 juta KTP.

"Yang jadi enggak oke kan waktunya itu, Teman Ahok kita kasih dia waktu begini, sejuta (KTP) ya. Kalau enggak sejuta kita enggak bisa. Terus kan PDIP butuh waktu, ya itu aja masalahnya," jelas Ahok.

Ahok menyadari, PDIP tak akan mendukung calon independen. Hal tersebut memang telah menjadi sistem di partai pemenang pada Pilkada DKI 2012 lalu mengusung Joko Widodo dan Ahok untuk memimpin DKI.

"PDIP bicara sistem, tidak mungkin mendukung independen. Tapi kalau putusan ini kami pakai 3 parpol, misalnya DPP PDIP juga mencalonkan saya, ini mungkin bisa ketemu. Soal Djarot atau siapa, soal lain lagi. Pasti PDIP sama parpol lain balik lagi seperti semula, terserah saya mau pilih siapa," jelas Ahok.

Bagaimana jawaban PDIP?
"Kita hormati pernyataan-pernyataan Pak Ahok. Tapi kemudian mekanisme di partai juga tetap dalam koridor bahwa yang kita usung menjadi kepala daerah melalui jalur kepartaian. Ya, pemimpin pemerintahan membutuhkan dukungan rakyat sehingga memperkuat legitimasi pemimpin baik melalui dukungan rakyat maupun dukungan DPRD," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Jumat (22/7).

Hasto menuturkan dukungan DPRD penting untuk kepala daerah, berkaca dari pemerintahan Jokowi yang sempat terhambat karena dinamika di DPR.

"Kita juga belajar di tingkat nasional ketika pemerintahan Pak Jokowi terhambat ketika kekuatan di DPR belum mencapai 50 persen plus satu. Partai di DPRD itu menunjukkan dukungan rakyat sebagai konstituen partai," katanya.

"Setiap kepala daerah harus mampu menggalang seluruh potensi masyarakat dan tidak memecah belah," imbuh Hasto.

Seperti Jokowi
Meski makin santer disebut dalam bursa bacagub DKI, namun nama Risma tak ada daftar 6 nama yang masuk dalam penjaringan PDIP. "Beliau tidak ikut tes," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Bidang Organisasi dan Keanggotaan Djarot Saiful Hidayat, Jumat (22/7).

Menurut Djarot, meski tidak mendaftarkan diri serta tidak mengikuti proses uji kelayakan dan kepatutan, peluang PDI Perjuangan mengusung Risma masih terbuka. Djarot mencontohkan pemilihan gubernur pada 2012. Saat itu Jokowi tidak mendaftarkan diri, tapi Megawati memilih Jokowi sebagai jago PDI Perjuangan. "Bisa lewat jalur penugasan," ujar Djarot, yang saat ini menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Djarot menjelaskan, sebagai ketua umum partai, Megawati memiliki wewenang menunjuk calon gubernur karena diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai. Namun hingga saat ini Megawati belum melakukannya. 

"Kita lihat saja prosesnya seperti apa."
Ia tak mau menyebutkan siapa saja enam orang yang namanya telah disetorkan kepada Megawati itu. "Tak elok."

Apakah ada kader PDI Perjuangan di antara enam orang itu? Lagi-lagi Djarot tidak mau menyebutkannya. Namun Djarot akhirnya mengaku dirinya termasuk kader internal yang diajukan. "Yang pasti, yang diajukan dari internal, saya dan Boy Sadikin."



Labels:

Posting Komentar

[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget