Info worlcup 2022 Berita Terkini situs 100% cepmek|sbobet|on88id

Slide

Landscape

4 Cerita Bapak dan Anak di Sepak Bola Indonesia


Agen judi online, Jakarta - Dalam pentas sepak bola dunia, banyak legenda sepak bola yang mewariskan bakat sepak bola kepada anak-anaknya. Sebut saja Cesare dan Paolo Maldini, lalu Harry dan Jamie Redknapp, hingga era sekarang Zinedine Zidane yang menurunkan bakat kepada Enzo. 
DNA sepak bola dari bapak dan anak juga ada dalam sepak bola Indonesia. Dari beberapa cerita, sang anak merintis karier sebagai di lapangan hijau karena terbiasa menonton ayah mereka bertanding. Anak juga melihat sosok ayah yang berprofesi jadi pesepak bola sebagai seorang pahlawan.
Siapa saja bapak dan anak yang mewarnai sepak bola Indonesia? 
1. Harry Tjong-Eduard Tjong
Harry Tjong merupakan kiper legendaris Timnas Indonesia era 1960-an. Ia menurunkan bakat sepak bola kepada sang anak, Eduard Tjong, yang saat ini menjadi pelatih Timnas U-19. Tak hanya itu, putra Harry yang lain, Billy juga mewarisi bakatnya sebagai kiper. Namun, Billy akhirnya memilih berkarier di kantoran dengan menjadi karyawan sebuah bank.

Jalan sepak bola keluarga Tjong bukanlah disengaja. Saat Edu dan Billy kecil, mereka sering melihat aksi bapaknya berlatih. Bagi mereka, menjadi seorang pesepak bola, apalagi berkostum timnas sangat heroik. Lama kelamaan, Edu dan Billy mulai berlatih serius hingga memperkuat klub elite, seperti Arseto Solo. 
Romantisme keluarga Tjong dengan sepak bola menurun hingga generasi berikutnya. Harry punya cucu yang juga meretas sebagai pesepak bola, yakni Andro Levandy dan Adixi Levizio.
Nama terakhir terkenal sebagai kiper Persija Jakarta yang kini aktif di futsal bersama POM DKI. Andro dan Adixi merupakan anak kandung Adityo Darmadi. Adityo juga merupakan mantan pemain timnas era 1980-an.
Sepak bola seolah merekatkan hubungan kekeluargaan mereka. Harry yang saat ini bermukim di Solo masih ikut menemani Edu bila melatih SSB. 
"Bapak kadang membantu saya melatih kiper. Ya, untuk mengisi waktu sekaligus hiburan," kata Eduard Tjong.
2. Sartono Anwar-Nova Arianto 
Cerita singkat kedua soal kiprah anak dan ayah di sepak bola Indonesia datang dariSartono Anwar. Sartono, pelatih kawakan asal Semarang selalu mengajak putranya, Nova Arianto ke Stadion Citarum, di mana Sartono melatih pemain PSIS Semarang pada akhir 1980-an.
Sartono berhasil mengantarkan PSIS meraih juara Perserikatan 1987. Momen itulah yang membuat Vava mulai gemar berlatih. Bagi Vava, ia bermimpi suatu saat bisa mengangkat piala menjadi pemain atau pelatih, seperti ayahnya.
Pada usia 12 tahun, Sartono langsung menggembleng Vava. Posisinya saat itu adalah striker. Sartono yang dikenal tegas tak pandang bulu kepada anaknya.
"Hampir setiap sore saya paksa Nova latihan jadi striker karena dia bilang ingin jadi pemain sepak bola. Saya bicara, kalau mau serius latihan harus serius," kata Sartono mengenang masa lalu.

3. Yusuf Ekodono-Wahyu Subo Seto-Fandi Eko Utomo
Legenda Persebaya Surabaya, Yusuf Ekodono membiarkan kedua anaknya, Wahyu Subo Seto dan Fandi Eko Utomo memilih karier sebagai pemain sepak bola, sama seperti dirinya. Laiknya keluarga sepak bola yang lain, Wahyu dan Fandi sering menonton aksi heroik sang ayah saat membela Persebaya dan timnas.
Fandi mengakui, faktor Persebaya lah yang membuatnya melihat sang ayah sebagai orang yang sukses. Ia pun bertekad melakukan hal sama. Fandi dan Wahyu pun tak mau terganggu dengan nama besar sang ayah di Surabaya. Maka itu, Yusuf sempat merasa tak nyaman saat ia menjadi pelatihcaretaker Persebaya pada Divisi Utama 2012 (sekarang Bhayangkara Surabaya United). Pada saat itu, Yusuf terpaksa melatih kedua anaknya. Ia pun canggung karena khawatir memanfaatkan posisi dengan mengorbitkan anak.
Saat ini, Yusuf menangani Bhayangkara SU U-21. Sementara dua putranya berjuang di bawah arahan Ibnu Grahan. Meski berkarier terpisah, sepak bola tetap menyatukan mereka. Pada saat libur, Wahyu dan Fandi menjadi pelatih dadakan di SSB milik Yusuf di Surabaya.
"Meskipun tidak dibayar, tapi saya senang bisa membantu bapak. Belajar melatih juga perlu karena suatu saat saya ingin melatih SSB dan klub bila sudah pensiun," kata Fandi. 
4. Tan Liong Houw-Budi Tanoto-Wahyu Tanoto
Tan Liong Houw merupakan bagian dari generasi emas pertama dalam sepak bola Indonesia. Ia masuk dalam skuat Garuda pada Olimpiade 1956 di Melbourne. Penampilan Indonesia di Olimpiade pertama dan pencapaian itu belum disamai oleh generasi berikutnya.
Tan, atau Latief Harris Tanoto asal Surabaya, juga menurunkan bakat sepak bola kepada anak-anaknya. Dua anak Tan yang mencuat di sepak bola Indonesia adalah Wahyu dan Budi Tanoto. Keduanya memperkuat Timnas Indonesia pada akhir 1970-an hingga pertengahan 1980-an.
Budi Tanoto yang berposisi sebagai striker masuk dalam skuat Indonesia yang tampil pada Piala Dunia Junior (U-20) di Tokyo pada 1979. Itu merupakan pencapaian terbaik Timnas Indonesia dalam ajang kelompok usia.
Selain empat keluarga di atas, ada beberapa pasangan bapak-anak di sepak bola Indonesia, seperti Rudy Keltjes dan Stefan Keltjes, Jaya Hartono dan Gani Jaya Ramadhan yang pernah berada dalam satu tim di Persepam Madura Utama musim 2015. 
Beberapa legenda sepak bola Indonesia juga tengah membimbing anaknya yang masih dalam usia pembinaan. Duo asisten pelatih Arema Cronus, I Made Pasek Wijaya dan Joko Susilo juga memiliki anak yang tengah belajar sepak bola.
Anak Joko Susilo adalah Roista Reistifar yang masuk akademi Arema. Sementara, putra Made Pasek, I Made Andhika Wijaya gabung pelatda Kota Denpasar. Mantan gelandang PSM Makassar Hengky Siegers juga menuntun putranya, Habel Kevin di jalur sepak bola. Kevin masuk dalam skuat Timnas U-16 yang meraih runner-up Piala AFF 2013.
Labels:

Posting Komentar

[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget